KALAU KAMU menyukai teka-teki silang (TTS), maka teruskanlah hobi tersebut. Kalau Anda penggemar musik, entah dangdut, pop, jazz, hingga rock, janganlah berhenti menggemarinya.
Bukan apa-apa, mengisi TTS merupakan salah satu kegiatan rekreasi otak. Sedangkan hobi mendengarkan musik sangat berpotensi menurunkan stres, terlebih musik dengan irama dan/atau lirik yang mengena.
Dua hal tersebut, yaitu rekreasi otak dan pengelolaan stres, terbukti dapat menekan potensi kepikunan pada orang-orang lanjut usia. Pikun merupakan kondisi di mana kerja otak mengalami penurunan.
"Selain rekreasi otak dan pengelolaan stres, kita juga perlu mengonsumsi makanan dengan gizi cukup. Artinya, makanan ini tak banyak mengandung lemak atau berkadar kolesterol tinggi. Contohnya mengonsumsi ikan, minimal satu kali dalam seminggu," kata Prof dr Gary Small, direktur UCLA Center on Aging (AS).
Small bukan asal bicara. Ia sudah melakukan penelitian terhadap 20 pasien, yang terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah pasien yang menjalani pola hidup sehat. Misalnya selalu stabilitas mental dan fisik, tidak stres, serta rajin mengkonsumsi ikan. Kelompok kedua menjalani kebiasaan sebaliknya, tanpa aturan pola hidup sehat.
Hanya dalam dua minggu pengamatan, ternyata 75 persen pasien dari kelompok pertama mengalami peningkatan daya ingat sekitar 20-30 persen. Tekanan darah mereka pun rata-rata menurun. Sebab ada korelasi antara tekanan darah tinggi dan kinerja otak.
Catherin Bryan, anggota Aso-siasi Alzheimer AS, mengatakan ada empat cara mencegah pikun dini. Yaitu dengan menjaga kolesterol, berat badan, rutin melakukan olah raga fisik dan otak, serta rajin mengonsumsi makanan sehat untuk otak.
Dalam kondisi parah, kepikunan akan berkembang menjadi gangguan yang disebut alzheimer, sebagaimana diderita oleh mantan presiden AS Ronald Reagan. Saat ini sekitar empat juta warga AS mengidap gangguan ini, dan jumlahnya diramal akan membengkak menjadi delapan juta jiwa pada tahun 2030. Alzheimer ditandai dengan menurunnya kerja sel otak yang memengaruhi daya ingat.
Mempertajam Inteligensi
Banyak orang menganggap kepikunan hanya diderita manusia lanjut usia (manula). Padahal orang dewasa yang belum tua pun bisa terkena gangguan ini, terutama jika gaya hidup mereka sangat mendukung. Misalnya gemar menyantap makanan yang asal lezat, tanpa memedulikan kandungan kolesterol.
Irama kerja yang tinggi di era modern, tanpa diimbangi dengan olah raga fisik dan otak serta menikmati hiburan, juga amat memudahkan seseorang mengalami penurunan kinerja otak.
Mumpung belum terlambat, kita perlu mempertajam inteligensi guna menghambat pikun dini. Otak manusia punya delapan jenis intelegensi, yang masing-masing bisa dioptimalkan dengan latihan banyak berbeda-beda.
Pertama, intelegensi linguistik. Ini bisa dipertajam dengan banyak membaca, melakukan permainan kata (plesetan, berpuisi, dan latihan berdiskusi).
Kedua, intelegensi logis-matematis. Ini dapat diasah dengan membuat rencana rinci soal anggaran belanja keluarga, atau menghitung apapun.
Ketiga, intelegensi visual-spasial. Ini dapat dimaksimalkan dengan latihan menggambar, membaca peta, bermain jigsaw, membongkar benda dan memasangnya kembali (serupa puzzle), membuat membuat denah rumah, dan sebagainya.
Keempat, intelegensi kinestetik, yang bisa dilatih dengan melakukan olah fisik secara teratur, membuat prakarya, menari atau berdansa, serta mengekspresikan diri dengan gerakan tangan atau bahasa tubuh lain.
Kelima, intelegensi musik. Ini bisa dikembangkan dengan berlatih memainkan alat musik, menyanyi, mengingat irama atau lirik lagu, dan lain-lain.
Keenam, intelegensi naturalis, yang bisa diasah dengan mencintai binatang, mengenal nama pohon atau bunga, mempelajari cara kerja tubuh dan sebagainya.
Ketujuh, intelegensi interperso-nal. Ini bisa didongkrak dengan me-minati olahraga tim (sepak bola, basket), berorganisasi, bergaul, belajar bersama, dan lain-lain.
Kedelapan, intelegensia intrapersonal, yang dapat dilatih dengan cara menyendiri, mengembangkan minat dan hobi, memahami diri sendiri, membuat komitmen (resolusi) pribadi dan sebagainya.
Dengan rajin melatih otak, maka kita tidak hanya sekedar mengingat. Lebih dari itu, otak kanan dan otak kiri akan selalu berkembang sehingga kita tidak akan mudah pikun dan berpotensi menjadi makhluk sosial yang bijak sampai kapanpun.
Bukan apa-apa, mengisi TTS merupakan salah satu kegiatan rekreasi otak. Sedangkan hobi mendengarkan musik sangat berpotensi menurunkan stres, terlebih musik dengan irama dan/atau lirik yang mengena.
Dua hal tersebut, yaitu rekreasi otak dan pengelolaan stres, terbukti dapat menekan potensi kepikunan pada orang-orang lanjut usia. Pikun merupakan kondisi di mana kerja otak mengalami penurunan.
"Selain rekreasi otak dan pengelolaan stres, kita juga perlu mengonsumsi makanan dengan gizi cukup. Artinya, makanan ini tak banyak mengandung lemak atau berkadar kolesterol tinggi. Contohnya mengonsumsi ikan, minimal satu kali dalam seminggu," kata Prof dr Gary Small, direktur UCLA Center on Aging (AS).
Small bukan asal bicara. Ia sudah melakukan penelitian terhadap 20 pasien, yang terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah pasien yang menjalani pola hidup sehat. Misalnya selalu stabilitas mental dan fisik, tidak stres, serta rajin mengkonsumsi ikan. Kelompok kedua menjalani kebiasaan sebaliknya, tanpa aturan pola hidup sehat.
Catherin Bryan, anggota Aso-siasi Alzheimer AS, mengatakan ada empat cara mencegah pikun dini. Yaitu dengan menjaga kolesterol, berat badan, rutin melakukan olah raga fisik dan otak, serta rajin mengonsumsi makanan sehat untuk otak.
Dalam kondisi parah, kepikunan akan berkembang menjadi gangguan yang disebut alzheimer, sebagaimana diderita oleh mantan presiden AS Ronald Reagan. Saat ini sekitar empat juta warga AS mengidap gangguan ini, dan jumlahnya diramal akan membengkak menjadi delapan juta jiwa pada tahun 2030. Alzheimer ditandai dengan menurunnya kerja sel otak yang memengaruhi daya ingat.
Mempertajam Inteligensi
Banyak orang menganggap kepikunan hanya diderita manusia lanjut usia (manula). Padahal orang dewasa yang belum tua pun bisa terkena gangguan ini, terutama jika gaya hidup mereka sangat mendukung. Misalnya gemar menyantap makanan yang asal lezat, tanpa memedulikan kandungan kolesterol.
Irama kerja yang tinggi di era modern, tanpa diimbangi dengan olah raga fisik dan otak serta menikmati hiburan, juga amat memudahkan seseorang mengalami penurunan kinerja otak.
Mumpung belum terlambat, kita perlu mempertajam inteligensi guna menghambat pikun dini. Otak manusia punya delapan jenis intelegensi, yang masing-masing bisa dioptimalkan dengan latihan banyak berbeda-beda.
Pertama, intelegensi linguistik. Ini bisa dipertajam dengan banyak membaca, melakukan permainan kata (plesetan, berpuisi, dan latihan berdiskusi).
Kedua, intelegensi logis-matematis. Ini dapat diasah dengan membuat rencana rinci soal anggaran belanja keluarga, atau menghitung apapun.
Ketiga, intelegensi visual-spasial. Ini dapat dimaksimalkan dengan latihan menggambar, membaca peta, bermain jigsaw, membongkar benda dan memasangnya kembali (serupa puzzle), membuat membuat denah rumah, dan sebagainya.
Keempat, intelegensi kinestetik, yang bisa dilatih dengan melakukan olah fisik secara teratur, membuat prakarya, menari atau berdansa, serta mengekspresikan diri dengan gerakan tangan atau bahasa tubuh lain.
Kelima, intelegensi musik. Ini bisa dikembangkan dengan berlatih memainkan alat musik, menyanyi, mengingat irama atau lirik lagu, dan lain-lain.
Keenam, intelegensi naturalis, yang bisa diasah dengan mencintai binatang, mengenal nama pohon atau bunga, mempelajari cara kerja tubuh dan sebagainya.
Kedelapan, intelegensia intrapersonal, yang dapat dilatih dengan cara menyendiri, mengembangkan minat dan hobi, memahami diri sendiri, membuat komitmen (resolusi) pribadi dan sebagainya.
Dengan rajin melatih otak, maka kita tidak hanya sekedar mengingat. Lebih dari itu, otak kanan dan otak kiri akan selalu berkembang sehingga kita tidak akan mudah pikun dan berpotensi menjadi makhluk sosial yang bijak sampai kapanpun.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar