Kragan – Situs Megalitikum di puncak bukit desa Terjan Kec. Kragan dirusak orang tak dikenal. Sebagai cikal bakal peradaban manusia, lokasi tersebut menyimpan bongkahan bongkahan batu menyerupai kepala buaya, kepala kuda, kursi pemujaan dan batu tempat mengolah makanan, menggambarkan kehidupan kala itu, 1.400 tahun sebelum Masehi.
Tapi kini sekira lima batu rusak parah, akibat dihantam dengan martil. Pahatan bongkahan batu juga hancur, padahal sebelumnya menjadi simbol kebanggaan dan dikeramatkan masyarakat setempat.
Kasmudi, seorang warga desa Terjan menceritakan pengrusakan situs kali pertama diketahui oleh petani yang akan pergi ke ladang. Kabar menyebar cepat, membuat sejumlah penduduk ingin naik bukit untuk melihat langsung kondisinya. Sembari memendam amarah, warga bersama sama mencari potongan batu, karena pelaku pengrusakan sengaja membuang keluar lokasi situs. Beruntung sebagian masih bisa ditemukan.
Kasmudi, seorang warga desa Terjan menceritakan pengrusakan situs kali pertama diketahui oleh petani yang akan pergi ke ladang. Kabar menyebar cepat, membuat sejumlah penduduk ingin naik bukit untuk melihat langsung kondisinya. Sembari memendam amarah, warga bersama sama mencari potongan batu, karena pelaku pengrusakan sengaja membuang keluar lokasi situs. Beruntung sebagian masih bisa ditemukan.
Tokoh masyarakat desa Terjan, Darsikin menyesalkan kelambanan pemerintah untuk menyelamatkan situs. Kalau dari awal ada penataan, pemagaran dan batas batas tanah jelas, kemungkinan tidak akan muncul kejadian seperti ini. Menurut Darsikin, kelestarian situs, menjadi harga mati. Tak bisa ditawar tawar lagi, dengan dalih apapun.
Sekretaris Desa Terjan, Karyo Praptono mengatakan pihak desa sudah melaporkan kasus pengrusakan situs kepada petugas Polsek Kragan. Ia berharap segera ditangani, untuk mengungkap siapa pelakunya.
Ketua Masyarakat Sejarahwan Indonesia, Edi Winarno mengutuk aksi tersebut. Situs Megalitikum Terjan merupakan warisan budaya dunia, sehingga kalau ada yang merusak, berarti sama saja melakukan kejahatan internasional. Di Indonesia hanya ada empat lokasi peninggalan Megalitikum, yakni Pasemah Sumatera, Pare Sulawesi, Goa Made Jombang Jatim dan Terjan Kragan.
Hingga kini belum diketahui persis motif pengrusakan. Tetapi sebelumnya di sekitar lokasi situs, marak aktivitas penambangan batu. Bahkan banyak pemilik tanah menjual kepada pengusaha tambang.
Belakangan warga desa Terjan menggelorakan tuntutan supaya situs tetap dijaga, sehingga membingungkan makelar tanah maupun kelompok usaha yang terlanjur keluar banyak uang.
Dugaan sementara, terkait dengan rencana penambangan ke depan, tetapi pihak Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kab. Rembang mengingatkan masyarakat jangan mudah terprovokasi, karena dibutuhkan bukti dan keterangan saksi yang kuat.
Dugaan sementara, terkait dengan rencana penambangan ke depan, tetapi pihak Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Dan Olahraga Kab. Rembang mengingatkan masyarakat jangan mudah terprovokasi, karena dibutuhkan bukti dan keterangan saksi yang kuat.
Ket. Foto : warga menemukan potongan batu bekas pengrusakan, 20 meter sebelah utara situs.
0 komentar:
Posting Komentar