Sebuah studi baru menyebutkan bahwa mengkonsumsi bawang putih secara rutin dapat mencegah kerusakan sel pada jantung. Benarkah?
Dalam sebuah penelitian, para ilmuwan menguji senyawa yang disebut diallyl trisulfide pada tikus yang berisiko mengalami kerusakan hati akibat tersumbatnya arteri koroner.
Dalam sebuah penelitian, para ilmuwan menguji senyawa yang disebut diallyl trisulfide pada tikus yang berisiko mengalami kerusakan hati akibat tersumbatnya arteri koroner.
Pengobatan yang dilakukan sesaat sebelum aliran darah dipulihkan menunjukkan perbaikan hampir dua pertiga jaringan hati yang rusak.
Senyawa diallyl trisulfide ini menghasilkan hidrogen sulfida yang dalam konsentrasi yang rendah diketahui dapat melindungi jaringan hati.
Para peneliti dari Emory University School of Medicine di Amerika mengubah diallyl trisulfide, senyawa dari minyak bawang putih, menjadi zat yang bisa menghasilkan hidrogen sulfida pada jantung.
Umumnya, gas mudah berubah dan tidak stabil sehingga sulit untuk digunakan sebagai alat terapi karena harus disuntikkan. Dengan adanya temuan ini, maka minyak bawang putih bisa dimakan langsung.
Senyawa diallyl trisulfide ini menghasilkan hidrogen sulfida yang dalam konsentrasi yang rendah diketahui dapat melindungi jaringan hati.
Para peneliti dari Emory University School of Medicine di Amerika mengubah diallyl trisulfide, senyawa dari minyak bawang putih, menjadi zat yang bisa menghasilkan hidrogen sulfida pada jantung.
Umumnya, gas mudah berubah dan tidak stabil sehingga sulit untuk digunakan sebagai alat terapi karena harus disuntikkan. Dengan adanya temuan ini, maka minyak bawang putih bisa dimakan langsung.
Para dokter bisa menggunakan diallyl trisulfide dalam banyak situasi sebagaimana temuan para peneliti mengenai penggunaan hidrogen sulfida.
Seperti dikutip dari Dailymail, profesor dari Emory University School of Medicine, David Lefer, timnya sedang melakukan penelitian mengenai obat aktif yang menghasilkan hidrogen sulfida yang bisa diminum.
"Hal ini bisa menghindarkan kita dari penyuntikan obat yang mengandung sulfida di luar situasi gawat darurat,” katanya.
Dalam penelitiannya, para peneliti tersebut menutup aliran arteri koroner tikus selama 45 menit, mensimulasi serangan jantung, dan memberi para tikus tersebut diallyl trisulphide sesaat sebelum aliran darah dipulihkan.
Hasilnya, senyawa tersebut bisa menurunkan proporsi kerusakan jaringan jantung di area yang berisiko hingga 61 persen, dibandingkan dengan hewan yang tidak diobati.
Seperti dikutip dari Dailymail, profesor dari Emory University School of Medicine, David Lefer, timnya sedang melakukan penelitian mengenai obat aktif yang menghasilkan hidrogen sulfida yang bisa diminum.
"Hal ini bisa menghindarkan kita dari penyuntikan obat yang mengandung sulfida di luar situasi gawat darurat,” katanya.
Dalam penelitiannya, para peneliti tersebut menutup aliran arteri koroner tikus selama 45 menit, mensimulasi serangan jantung, dan memberi para tikus tersebut diallyl trisulphide sesaat sebelum aliran darah dipulihkan.
Hasilnya, senyawa tersebut bisa menurunkan proporsi kerusakan jaringan jantung di area yang berisiko hingga 61 persen, dibandingkan dengan hewan yang tidak diobati.
"Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan diallyl trisulphide menurunkan pembengkakan jantung yang disebabkan oleh kerusakan jantung," ungkap para peneliti yang dipresentasikan pada American Heart Association's Scientific Sessions di Orlando, Florida.
Sumber : http://www.inilah.com/
0 komentar:
Posting Komentar