Mike Tyson (AP Photo/Chris Pizzello)
Mantan juara dunia tinju kelas berat, Mike Tyson kembali menangis. Setelah tahun lalu sempat menitikkan air mata di Tanah Suci, si Leher Beton kembali menangis saat berada di Boxing Hall of Fame di Canastota, New York, Amerika Serikat, Minggu, 12 Juni 2011.
Tyson merupakan satu dari sederet nama yang akan menghuni museum tinju Boxing Hall of Fame. Beberapa nama lainnya adalah petinju Meksiko, Julio Cesar Caves, petinju Rusia, Kostya Tszyu, dan aktor Sylvester Stallone.
Tyson menangis saat didaulat untuk memberi kata sambutan dalam acara ini. Tyson tak kuasa menahan air mata saat mengenang pelatih pertamanya, Cus D’Amato yang meninggal di usia 77 tahun, 4 November 1985.
"Saya harus bodoh tentang hal ini atau saya akan terbawa emosi," kata Tyson mengawali kenangannya terhadap D'Amato seperti dilansir yahoo.com.
Bagi Tyson, D'Amato tak hanya sekadar pelatih yang menurunkan ilmu bertinju bagi dirinya. Lebih dari itu, D'Amato adalah pengasuh Si Leher Beton setelah ibunya meninggal. D'Amato juga merupakan satu-satunya figur yang mampu meredam luapan emosi Tyson yang sering tak terkendali.
"Semua yang saya dapat saat ini berawal saat saya bertemu Cus (D'Amato) dan Bobby Stewart (pekerja sosial yang mengenalkan Tyson kepada D'Amato)," kata Tyson. "Sebelumnya saya berada di sekolah rehabilitasi karena saya selalu merampok orang,"lanjut Si Leher Beton itu.
Tyson lalu melemparkan pandangannya ke arah idolanya, Carmen Basilio dan Billy Backus, Jake LaMotta, Leon Spinks, George Chuvalo, dan Marvin Hagler, yang berada di bangku penonton. "Seumur hidup saya, saya selalu melihat orang-orang ini. Saya melihat mereka berbeda,"ujar Tyson.
"Kenapa saya selalu ingin seperti mereka, saya selalu berkata saya tidak tahu," ujar Tyson dengan suara yang mulai tersendat-sendat.
Saat Tyson berhenti untuk menahan emosinya, penonton pun berteriak "Ayolah Mike," teriak para penonton yang hadir.
"Oh kawan. Saya harus berhenti dulu karena kamu tahu, kalau ada orang lain di atas sini. Ketika saya bertemu Cus, kami kadang bicara soal uang, tapi kami ingin menjadi petinju yang besar," kata Tyson.
"Saya tidak bisa melanjutkan ini. Terima kasih, terima kasih," kata Tyson yang langsung menuju tempat duduknya.
Cus D’Amato merupakan pelatih asal Amerika Serikat yang sukes melahirkan beberapa petinju besar. Selain Tyson, D'Amato juga merupakan aktor di balik kebesaran nama Teddy Atlas, Kevin Rooney, dan Joe Fariello.
D'Amato lahir di kawasan kumuh Bronx, New York, Amerika Serikat, 17 Januari 1908. Pria ini meninggal pada usia 77 tahun, 4 November 1985 sebelum Tyson berhasil merebut gelar juara dunia kelas berat versi WBC pada usia 20 tahun dengan memukul jatuh Trevor Berbick pada ronde kedua.
Tyson merupakan satu dari sederet nama yang akan menghuni museum tinju Boxing Hall of Fame. Beberapa nama lainnya adalah petinju Meksiko, Julio Cesar Caves, petinju Rusia, Kostya Tszyu, dan aktor Sylvester Stallone.
Tyson menangis saat didaulat untuk memberi kata sambutan dalam acara ini. Tyson tak kuasa menahan air mata saat mengenang pelatih pertamanya, Cus D’Amato yang meninggal di usia 77 tahun, 4 November 1985.
"Saya harus bodoh tentang hal ini atau saya akan terbawa emosi," kata Tyson mengawali kenangannya terhadap D'Amato seperti dilansir yahoo.com.
Bagi Tyson, D'Amato tak hanya sekadar pelatih yang menurunkan ilmu bertinju bagi dirinya. Lebih dari itu, D'Amato adalah pengasuh Si Leher Beton setelah ibunya meninggal. D'Amato juga merupakan satu-satunya figur yang mampu meredam luapan emosi Tyson yang sering tak terkendali.
"Semua yang saya dapat saat ini berawal saat saya bertemu Cus (D'Amato) dan Bobby Stewart (pekerja sosial yang mengenalkan Tyson kepada D'Amato)," kata Tyson. "Sebelumnya saya berada di sekolah rehabilitasi karena saya selalu merampok orang,"lanjut Si Leher Beton itu.
Tyson lalu melemparkan pandangannya ke arah idolanya, Carmen Basilio dan Billy Backus, Jake LaMotta, Leon Spinks, George Chuvalo, dan Marvin Hagler, yang berada di bangku penonton. "Seumur hidup saya, saya selalu melihat orang-orang ini. Saya melihat mereka berbeda,"ujar Tyson.
"Kenapa saya selalu ingin seperti mereka, saya selalu berkata saya tidak tahu," ujar Tyson dengan suara yang mulai tersendat-sendat.
Saat Tyson berhenti untuk menahan emosinya, penonton pun berteriak "Ayolah Mike," teriak para penonton yang hadir.
"Oh kawan. Saya harus berhenti dulu karena kamu tahu, kalau ada orang lain di atas sini. Ketika saya bertemu Cus, kami kadang bicara soal uang, tapi kami ingin menjadi petinju yang besar," kata Tyson.
"Saya tidak bisa melanjutkan ini. Terima kasih, terima kasih," kata Tyson yang langsung menuju tempat duduknya.
Cus D’Amato merupakan pelatih asal Amerika Serikat yang sukes melahirkan beberapa petinju besar. Selain Tyson, D'Amato juga merupakan aktor di balik kebesaran nama Teddy Atlas, Kevin Rooney, dan Joe Fariello.
D'Amato lahir di kawasan kumuh Bronx, New York, Amerika Serikat, 17 Januari 1908. Pria ini meninggal pada usia 77 tahun, 4 November 1985 sebelum Tyson berhasil merebut gelar juara dunia kelas berat versi WBC pada usia 20 tahun dengan memukul jatuh Trevor Berbick pada ronde kedua.
Tyson juga pernah menangis saat mengunjungi Tanah Suci. Sosok yang sempat paling ditakukti di dunia tinju kelas berat itu tak kuasa menitikkan air mata saat melakukan umrah di Mekah, Arab Saudi, Minggu, 4 Juli 2010. Ini adalah kali pertama Tyson menginjak Tanah Suci.
0 komentar:
Posting Komentar