Anoman menyusup ke Alengka@Ramayana
Musim kemarau telah tiba. Rama menunggu kehadiran Sugriwa yang telah berjanji untuk membantu membebaskan Sinta dari cengkeraman Dasamuka. Karena yang ditunggu tidak juga datang, Rama menyuruh Laksmana ke Gua Kiskenda kediaman Sugriwa untuk menanyakan kesanggupannya.
Tak berapa lama Sugriwa bersama pasukan wanara tiba di gunung Maliawan. Sugriwa menghaturkan maaf karena melupakan janjinya. Rama dan Sugriwa kemudian menyusun siasat dalam rencana penyerbuan ke Alengka. Sugriwa menyarankan agar sebelum rencana itu dijalankan, lebih dahulu memata-matai Alengka. Rama menyetujui dan yang mendapat mandat menjadi mata-mata ke Alengka ialah Anoman. Rama memberikan sebuah cincin kepada Anoman untuk dihaturkan kepada Dewi Sinta sebagai bukti bahwa ia benar-benar utusan Rama.
Anoman berangkat menunaikan tugas penyusupan ke Alengka. Ia mengajak serta Anggada, Anila, serta Kapi Jembawan. Dengan kesaktiannya mereka tidak berjalan di darat tetapi menempuh jalur udara. Negara Alengka terletak di sebuah pulau yang dikelilingi lautan luas. Anoman memerintahkan para pengiringnya agar menunggu di tepi pantai sementara Anoman melakukan penyusupan sendiri ke Alengka. Hal itu dilakukan untuk menghindari kecurigaan prajurit danawa.
Ditengah perjalanan Anoman dihadang oleh Wilkataksini raseksa bertangan panjang yang sedang mencari ikan di laut. Karena tangannya yang panjang, dengan mudahnya ia menangkapi ikan. Begitu melihat Anoman, dengan cekatan disambarnya dan tak ayal lagi tubuh Anoman ditelannya bulat-bulat. Namun Anoman tidak pasrah begitu saja. Sebelum meluncur kedalam lambung raseksa itu, dengan sekuat tenaga ia merobek tenggorokan Wilkataksini. Seketika itu juga Raseksa bertangan panjang rebah tak bernyawa. Anoman melanjutkan perjalanan. Setelah melewati lautan luas ia berhenti di gunung Suwela. Dari situ Anoman dapat dengan leluasa mengamati keadaan Alengka. Dilihatnya sepasukan denawa sedang berpatroli. Anoman menunggu hari gelap untuk mulai melakukan penyusupan.
Anoman menyamar sebagai raseksa untuk memudahkannya bergerak di Alengka mencari letak dimana Sinta ditawan. Sudah beberapa tempat disatroninya namun tak juga diketemukan. Anoman memasuki sebuah ruangan, ternyata itu adalah kamar peraduan Rahwana. Dengan mengendap ia mengawasi seluruh sudut ruangan, barangkali Sinta ada di situ, tetapi yang dilihatnya hanya Rahwana sedang tidur mendengkur. Dengkuran raja raseksa itu sungguh keras sekali. Anoman segera meninggalkan tempat itu sebelum tercium oleh pengawal. Ketika ia sedang melintas di sebuah taman, terdengar suara isak tangis seorang wanita yang diselingi ratapan menyebut-nyebut Rama junjungannya. Tak salah lagi itu tentu Sinta, pikir Anoman. Anoman memanjat pohon Nagasari untuk melihat keadaan agar lebih leluasa. Dari atas pohon dilihatnya seorang puteri cantik tetapi dengan tubuh yang agak kurus, menangis sesenggukan. Tak beberapa lama masuk ke tempat itu Rahwana, raja raseksa itu berusaha membujuk Sinta agar mau melayaninya.
“ Sinta …, sudahlah berhentilah menangis, buat apa kamu meratapi Rama yang tak akan berani datang kemari untuk membebaskanmu. Turuti sajalah kemauanku, maka seluruh isi istana ini akan menjadi milikmu … hmm … bagaimana Sinta manis?”, bujuk Rahwana.
“ Huh …, raja raseksa tak tahu diri …, berkacalah dahulu … melihatmu saja aku tak sudi … “, balas Sinta tanpa rasa takut.
Segala upaya dilakukan Rahwana untuk menaklukkan hati Sinta, bahkan dengan cara kasar sekalipun yaitu menakut-nakutinya dengan keris terhunus namun tak membuat wanita itu bergeming. Dengan kecewa Rahwana meninggalkan tempat itu, memerintahkan sejumlah raseksa untuk melaksanakan teror mental terhadap Sinta. Namun ketika para raseksa akan mendekat tempat itu, diusirlah mereka oleh Trijatha anak Gunawan Wibisana yang mendapat tugas untuk melayani dan menemani Sinta. Para denawa merasa takut kemudian meninggalkan tempat itu.
Setelah situasi dirasa aman, Anoman segera meluncur turun menemui Sinta. Sambil menunjukkan cicin yang dibawanya, dengan hati-hati menjelaskan bahwa ia diutus oleh Prabu Rama. Melihat hal itu Sinta menjadi percaya bahwa Anoman memang benar utusan dari Rama. Anoman menceritakan awal mula semenjak bertemu dengan Rama hingga ia diutus untuk menemui Sinta. Usai mendengarkan penuturan Anoman, Sinta meminta Anoman untuk menghaturkan kepada Rama sepucuk surat dan perhiasan yang diambil dari sanggulnya sebagai bukti bahwa Anoman telah bertemu dengan Sinta dan dalam keadaan selamat. Anoman menerima amanat itu dengan girang, wajah kera putih itu tampak berbinar-binar mengekspresikan kegembiraan karena telah berhasil dalam menjalankan misi penyusupannya. Anoman segera mohon pamit untuk mengabarkan kepada Rama.
Anoman tidak begitu saja meninggalkan Alengka. Ia berniat membuat kerusuhan di Alengka sebagai awal dari tantangan perang terhadap Rahwana raja Alengka. Diobrak-abriknya seisi Tamansoka hingga mengundang perhatian segenap penghuni alengka. Peristiwa itu sampai ke telinga Rahwana, diperintahkannya sejumlah pasukan untuk menumpas biang kerusuhan di taman itu. Para denawa merangsek untuk menangkap Anoman mereka mengerahkan segenap tenaga dan kebisaannya untuk menangkap kera putih nan sakti itu, namun usahanya tak mendapatkan hasil bahkan banyak denawa yang mati karenanya. Mendengar laporan bahwa banyak denawa yang tewas di tangan Anoman, Rahwana bertambah murka. Dengan geram ia memerintahkan anaknya untuk menundukkan Anoman.
Raden Saksa putra Rahwana raja diiringkan oleh serombongan prajuritnya segera mendatangi Tamansoka. Begitu dilihatnya Anoman, Raden Saksa dan segenap prajuritnya menghujani Anoman dengan anak panah. Namun jangankan panah itu menembus tubuh Anoman, lecet sedikitpun tidak. Dengan sedikit mengeluarkan tenaga, Raden Saksa bersama seluruh pasukannya tewas di tangan Anoman. Rahwana bertambah murkanya mendengar putra dan segenap pasukannya tak berdaya menghadapi Anoman. Giliran putranya yang lain Indrajit, mendapat tugas untuk menyirnakan Anoman. Indrajit mempunyai kesaktian dan senjata pamungkas yang dapat diandalkan. Indrajit dengan segenap pasukannya berhadapan dengan Anoman. Anak panah bagaikan hujan meluncur ke tubuh Anoman, tak seujung rambutpun anak panah itu dapat mengenai tubuhnya.
Giliran Anoman melakukan serangan balasan, denawa pengiring Indrajit dibuat kalang kabut dan banyak yang tewas di tangan Anoman. Indrajit mengeluarkan panah andalannya, kali ini paha Anoman tertembus anak panah, disusul dengan panah Nagarante diluncurkan dan berubah menjadi rantai besi melilit sekujur tubuh Anoman. Anoman terjatuh tak berdaya kemudian diseret ke hadapan Rahwana. Rahwana begitu murkanya hingga ingin membunuh Anoman dengan tangannya sendiri. Namun keinginan Rahwana dapat dicegah oleh Gunawan Wibisana. Gunawan Wibisanan memberikan wawasan bahwa anoman merupakan seorang utusan, tidak sepantasnya seorang utusan dibunuh karena ia dia hanya duta yang diutus oleh Prabu Rama. Dalam hati Anoman memuji kebijaksanaan dan ketulusan hati Gunawan Wibisana. Anoman menjadi percaya diri karena mendapat dukungan dari Gunawan Wibisana. Anoman dengan lantang menghujat Rahwana bahwa ia adalah raja yang tak bermartabat, karena berbuat nista menculik Sinta yang nyata-nyata adalah isteri Rama.
Hanoman mendesak Rahwana untuk mengembalikan Sinta sebelum Rama dan bala bantuannya menyerang Alengka. Mendengar ucapan anoman membuat amarah Rahwana bertambah memuncak. Seketika ia memerintahkan prajurit untuk membungkus Anoman dengan gumpalan ijuk dan menyiramnya dengan minyak untuk membakar hidup-hidup Anoman. Perintah itupun segera dilaksanakan tanpa ditunda lagi. Setelah sekujur tubuh Anoman terbungkus ijuk dan disiram dengan minyak lalu dibawa ke alun-alun Alengka. Nyala api membubung tinggi ketika gumpalan lijuk yang membungkus tubuh Anoman itu disulut. Sejenak Anoman terdiam, tiba-tiba dengan satu hentakan Anoman terbang tinggi sambil menggetarkan tubuhnya, ijuk yang membungkus tubuhnya terlepas dan berjatuhan bembakar banyak bangunan di Istana Alengka. Segenap penghuni Alengka kalang kabut, api menjalar kemana-mana, banyak raseksa mati terpanggang api yang membahana. Anoman selamat. Ia ingin menemui Sinta lagi untuk berpamitan kembali ke gunung Maliawan mengabarkan kepada Prabu Rama mengenai hasil penysupannya di Alengka.
Giliran Anoman melakukan serangan balasan, denawa pengiring Indrajit dibuat kalang kabut dan banyak yang tewas di tangan Anoman. Indrajit mengeluarkan panah andalannya, kali ini paha Anoman tertembus anak panah, disusul dengan panah Nagarante diluncurkan dan berubah menjadi rantai besi melilit sekujur tubuh Anoman. Anoman terjatuh tak berdaya kemudian diseret ke hadapan Rahwana. Rahwana begitu murkanya hingga ingin membunuh Anoman dengan tangannya sendiri. Namun keinginan Rahwana dapat dicegah oleh Gunawan Wibisana. Gunawan Wibisanan memberikan wawasan bahwa anoman merupakan seorang utusan, tidak sepantasnya seorang utusan dibunuh karena ia dia hanya duta yang diutus oleh Prabu Rama. Dalam hati Anoman memuji kebijaksanaan dan ketulusan hati Gunawan Wibisana. Anoman menjadi percaya diri karena mendapat dukungan dari Gunawan Wibisana. Anoman dengan lantang menghujat Rahwana bahwa ia adalah raja yang tak bermartabat, karena berbuat nista menculik Sinta yang nyata-nyata adalah isteri Rama.
Hanoman mendesak Rahwana untuk mengembalikan Sinta sebelum Rama dan bala bantuannya menyerang Alengka. Mendengar ucapan anoman membuat amarah Rahwana bertambah memuncak. Seketika ia memerintahkan prajurit untuk membungkus Anoman dengan gumpalan ijuk dan menyiramnya dengan minyak untuk membakar hidup-hidup Anoman. Perintah itupun segera dilaksanakan tanpa ditunda lagi. Setelah sekujur tubuh Anoman terbungkus ijuk dan disiram dengan minyak lalu dibawa ke alun-alun Alengka. Nyala api membubung tinggi ketika gumpalan lijuk yang membungkus tubuh Anoman itu disulut. Sejenak Anoman terdiam, tiba-tiba dengan satu hentakan Anoman terbang tinggi sambil menggetarkan tubuhnya, ijuk yang membungkus tubuhnya terlepas dan berjatuhan bembakar banyak bangunan di Istana Alengka. Segenap penghuni Alengka kalang kabut, api menjalar kemana-mana, banyak raseksa mati terpanggang api yang membahana. Anoman selamat. Ia ingin menemui Sinta lagi untuk berpamitan kembali ke gunung Maliawan mengabarkan kepada Prabu Rama mengenai hasil penysupannya di Alengka.
Anoman meninggalkan negeri Alengka. Sebelum menuju ke gunung Maliawan ia menemui sahabat-sahabatnya yang telah menunggu di tepi pantai. Setelah menceritakan semua kejadian yang dialaminya, Anoman segera mengajak mereka kembali ke gunung Maliawan.
Kedatangan Anoman disambut dan di ele-elukan oleh segenap prajurit wanara. Anoman menghadap Rama dan menghaturkan surat dan sebentuk perhiasan dari Dewi Sinta. Sejenak Rama tertegun memandanginya, kemudian Rama menanyakan perihal misinya di Alengka. Anoman menceritakan secara rinci mengenai perjalanan menyusup hingga bertemu Dewi Sinta, dan tiba kembali di Maliawan. Rama sangat gembira mendengar penuturan Anoman kemudian ia menyuruh untuk mencabut anak panah yang menancap di paha Anoman.
1 komentar:
Amanatnya apa ?
Posting Komentar