Air Terjun Nglirip
Wisata air terjun “Nglirip” terletak di wilayah kecamatan Singgahan, ± 35 KM arah barat daya dari Kota Tuban. Untuk mencapai lokasi ini pengunjung yang tidak menggunakan mobil pribadi dapat menggunakan angkutan umum. Terdapat dua rute angkutan yaitu :
Rute Montong : yaitu naik angkutan umum dari terminal Tuban dengan jurusan Montong, yang kemudian dari Montong dilanjutkan dengan naik kendaraan jurusan Jojogan. “Nglirip” terletak antara Montong – Jojogan, sehingga Pengunjung dapat langsung melihatnya jika melewati rute ini.
Rute Singgahan : yaitu dari Terminal Tuban naik bis jurusan Jatirogo, bis ini akan transit di terminal Kab. Bojonegoro yang kemudian dilanjutkan ke tujuan utama, Jatirogo. Jika pengunjung memilih rute ini, Anda dapat turun di pertigaan “Warung Anjlok” – Jojogan. Dari sini, Nglirip hanya berjarak kurang dari dua kilo meter. Jika Anda tidak malas, Anda dapat berjalan kaki sampai ke Nglirip, atau naik angkutan jurusan Montong.
Sesampainya disini Anda akan mendapatkan pemandangan yang sangat menawan, dari pinggir jalan saja Anda dapat melihat jatuhnya air dari tebing yang di atasnya terdapat jembatan kecil. Bagi Anda yang ingin menyusuri aliran bawah air terjun harap berhati-hati, karena jalanan setapak akan sangat licin, terutama di musim hujan.
Mancing di Boom
Ini salah satu hobby saya sejak kecil, Mancing. Lokasi favorit untuk mancing di sekitar kota Tuban dapat dilakukan di Pantai Boom. Timbunan bebatuan membentuk tanjung yang menjorok ke laut memudahkan para pemancing untuk bisa melemparkan umpannya jauh ke tengah laut. Buat yang hobby mancing, tak ada salahnya Anda membawa reel pancing jika hendak berkunjung ke Tuban…
Batik Gedok
Batik Gedok merupakan batik tradisional khas Tuban. Semua proses terjadinya batik masih dengan cara-cara tradisional, mulai dari penanaman kapas, pembuatan/pemintalan benang, penenunan, sampai pada akhirnya proses pembatikan.
Para perajin tenun gedog yang kebanyakan ibu-ibu muda dan setengah baya mengerjakan kain tenun gedog dengan mempergunakan alat tradisional, yang masih tetap diminati oleh konsumen karena motif-motif dan tekstur kain.
Salah satu sentra pengrajin batin ada di Desa Jarorejo, Kecamatan Kerek, yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Tuban. Para perajin di desa Jarorejo ini mulai meningkat pamornya, setelah di daerah itu menjadi lokasi beroperasinya pabrik Semen Gresik.
Sepanjang jalan utama di Desa Jarorejo, nampak kesibukan para perajin tenun Gedog, mulai dari memintal benang, memberi warna benang, menenun sampai menjemur kain-kain batik di halaman rumah para perajin. Warna coklat kayu sangat dominan dalam disain kain tenun gedog. Motif yang menghiasi kain tenun gedog ini mencerminkan kekayaan alam sekitar Tuban, mulai dari berbagai jenis ikan maupun tanaman.
Perajin yang memiliki modal cukup, selain memproduksi, juga menampung hasil karya sesama perajin, sekaligus membuka toko dengan memanfaatkan ruang tamu.
Motif khas batik adalah gambar seekor burung Lacanang berhias bunga yang konon di bawa oleh prajurit Tar-Tar yang mendarat di pantai Tuban di zaman majapahit.
Bagi Anda yang ingin mendapatkan oleh-oleh batik ini sangatlah mudah, karena sudah banyak di jajakan di toko-toko yang menjual pakaian yang ada di Kota Tuban.
Pemandian Air Panas “Prataan”
Lokasi Wana Wisata Prataan berjarak sekitar 20 kilometer dari Bojonegoro dan 60 kilometer dari Kota Tuban, memiliki fasilitas satu kolam renang air dingin untuk anak-anak berukuran 15 X 10 meter dan dewasa 20 X 10 meter.
Selain itu, juga dilengkapi kolam renang air hangat yang baru rampung dibangun pada tahun 2010 ini, dengan ukuran 4 X 6 meter. Dibangunnya kolam renang air hangat di luar ini, merupakan pengembangan kolam air hangat kamar mandi tertutup sebanyak 11 buah.
Dibangunnya kolam renang air hangat di luar tersebut, karena pengunjung yang memanfaatkan kolam air hangat di dalam kamar, hanya diberi waktu 15 menit. Waktu yang terbatas itu banyak dikeluhkan pengunjung karena merasa belum puas untuk berendam.
Pengelola Wana Wisata Prataan, yang berada di areal seluas empat hektare dikelilingi hutan jati, mengutip tanda masuk Rp3.000,00/orang dan kendaraan roda empat Rp2.000,00.
Bagi mereka yang akan memanfaatkan fasilitas kolam renang, harus membayar lagi Rp3.000,00/orang, termasuk sewa kamar mandi air hangat Rp3.000,00/15 menit.
Pemandian Bektiharjo
Pemandian Bektiharjo yang terletak sekitar 5 KM dari Kota Tuban ini mempunyai sumber mata air yang sangat jernih, yang selain sebagai sumber air minum juga di manfaatkan sebagai lokasi pemandian dan arena berenang. Kolam renang Bektiharjo senantiasa bersih dilengkapi dengan papan loncat. Bagi pengunjung anak-anak juga terdapat kolam untuk anak yang agak dangkal. Penggantian air kolam dilakukan secara rutin dengan memompa sumber mata air yang ada tepat di sebelah kolam renang.
Hal lain yang sangat berbeda dari kolam renang kebanyakan adalah adanya komunitas kera jinak di sekitar lokasi pemandian. Kera-kera ini tidak mengganggu, kecuali bagi pengunjung yang membawa anak, terutama anak-anak yang sedang membawa makanan agar dijaga dengan baik. Karena sering kali kera-kera yang kelihatan sangat pendiam dapat bergerak dengan sangat cepat untuk mengambil kue/makanan kecil yang di pegang oleh anak-anak.
Klenteng
Satu lagi yang pasti Anda dapati bila berkunjung ke Tuban, Klenteng. Di Tuban terdapat dua klenteng, yaitu satu yang terletak menghadap alun-alun (Klenteng “Tjoe Ling Kiong”), dan satu lagi yang letaknya menghadap ke laut (Klenteng “Kwan Sing Bio”).
Tempat peribadatan kaum Konghucu ini banyak dikunjungi tidak hanya oleh umat yang ada di dalam negeri tetapi juga umat dari negara tetangga yaitu Malaysia, Singapura dan Thailand.
Yang paling banyak dikunjungi adalah klenteng yang menghadap ke laut (KWAN SING BIO), yang konon adalah yang terbesar di Indonesia. Kedua klenteng ini sangat mudah di kunjungi karena terletak di jalan utama (jalur Surabaya-Semarang) dan semua angkutan kota pasti melewatinya.
Berbeda dengan kebanyakan klenteng yang menggunakan lambang naga, Klenteng Kwan Sing Bio menggunakan Kepiting sebagai lambangnya. Replika kepiting raksasa yang ada di gapura kelenteng tersebut menjadi titik pesona tersendiri. Tapi ada yang lebih dari sekadar itu. Ia juga jadi ikon keunikan sebuah klenteng bila dibandingkan dengan kegaliban tempat peribadatan pemeluk Tri Dharma tersebut. Lebih-lebih lagi dengan ciri khas gapura dengan replika binatang bercapit tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar