Tribun Medan/Liston Damanik
Ikan raksasa temuan ikan raksasa temuan Lela Siregar, warga Tanjung Pinggir, Siantar Martoba, Sumatera Utara saat dipajang Sabtu (12/6/2011)
TRIBUNNEWS.COM, PEMATANGSIANTAR - Sensasi ikan raksasa temuan Lela Siregar, warga Tanjung Pinggir, Siantar Martoba, Sumatera Utara ternyata belum habis.
Sejak diangkut dari Sungai Sigulanggulang, Sabtu siang (12/6/2011) kemarin, ikan yang panjangnya sekitar 1,5 meter dan berbobot hampir 40 Kg ini terus dipajang sampai dini hari.
“Kemarin kami dapat Rp 3 Juta,” kata Simatupang, salah satu warga yang jadi panitia dadakan pertunjukan ikan raksasa itu. Pengunjung dikutip Rp 1.000 per kepala jika ingin melihat ikan mati yang diletakkan di kamar mandi rekannya, Pansur Saragih.
Sesudah dipajang setengah hari penuh, pukul 12 malam, Simatupang dan teman-temannya memutuskan untuk mengubur ikan tersebut di belakang rumah Pansur. Mereka memperlakukan bangkai ikan tersebut dengan hati-hati dan membungkusnya dengan kain putih.
Lima belas menit setelah dikubur, keluarga Sinaga yang tinggal tidak begitu jauh dari kediaman Pansur datang dan meminta ikan tersebut.
“Mereka bilang ikan itu namboru (bibi, red) mereka. Kami dikasih sirih sebagai tanda permintaan,” kata Pansur. Karena merasa sedang berurusan dengan kehormatan leluhur orang lain, ia pun merelakan kuburan ikan digali. Ikan raksasa pun berpindah ke rumah Maju Sinaga.
Ikan diletakkan di sebuah ranjang yang rapi, dengan mangkok berisi beras, telur ayam, dan jeruk purut di sampingnya. Seorang perempuan tua melarang orang-orang yang ingn mengabadikan ikan tersebut. “Tidak bisa lagi difoto. Sudah diadati,” katanya.
Maju Sinaga mengatakan, Senin dini hari (12/6/2011) keluarganya akan membawa ikan tersebut ke kampung mereka di Kecamatan Mogang, Samosir.
Nantinya ikan ini akan dilarungkan ke Danau Toba supaya bisa kembali ke hadapan namboru mereka. Di Mogang, katanya, sudah akan ada sanak saudara yang menyambut.
Keluarga Sinaga rupanya percaya ikan ini adalah sampan bagi leluhur mereka itu. “Saudara kami di datangi namboru di dalam mimpinya tiga hari sebelum ikan itu ditemukan. Namboru menyuruh kami mencari solu-nya (sampan) yang hanyut,” kata seorang perempuan muda kerabat Maju Sinaga.
Maju Sinaga mengaku tidak perduli jika orang lain menganggap aneh perlakuan mereka terhadap si ikan raksasa. “Biarlah orang menganggap orang aneh. Ini kepercayaan kami. Memang sudah sejak dulu begini,” katanya.
Pembantu Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan dan Perikanan Lubuk Pakam Nurmatias yakin ikan yang ditemukan di Sungai Sigulang-gulang adalah ikan Arapaima seperti yang pernah dilihatnya di Restoran Lembur Kuring, Medan. “Betul itu ikan dari Amazon,” kata Nurmatias ketika dihubungi lewat telepon, Minggu (12/6/2011).
Menurut pengajar yang biasa dipanggil Tias ini, sisik ikan tersebut menandakan habitatnya adalah di perairan yang tenang. Jadi tidak mungkin ikan ini berasal dari Sungai Sigulang-gulang yang berarus deras itu.
Menurut pengajar yang biasa dipanggil Tias ini, sisik ikan tersebut menandakan habitatnya adalah di perairan yang tenang. Jadi tidak mungkin ikan ini berasal dari Sungai Sigulang-gulang yang berarus deras itu.
Lagi pula, berdasarkan pengalamannya, tidak pernah dijumpai ikan seperti itu di Indonesia. Paling tidak di perairan Sumatera. Model fisik yang tidak tidak mirip spesies ikan dari Sumatera menunjukkan makhluk ini bukan hasil peranakan dan masih asli dari daerah asalnya.
Kemungkinannya, kata Tias, ikan ini adalah peliharaan seorang hobiis yang akuariumnya tidak muat lagi atau sudah tidak menginginkannya. “Mungkin ikannya tidak cantik lagi atau warnanya sudah pudar lagi. Mau dimakan sayang. Makanya dibuang” ujarnya
Melihat perut ikan yang sudah lembek, dosen luar biasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera ini, memperkirakan ikan telah mati empat atau lima jam sebelum ditemukan warga. Ikan raksasa ini kemungkinan sakit dan akhirnya tidak mampu melawan arus lalu terseret.
Sumber : http://www.tribunnews.com/2011/06/12/ikan-raksasa-diyakini-sampan-para-leluhur-di-danau-toba
0 komentar:
Posting Komentar