REMBANG - Nelayan Desa Gegunung-Wetan, Kecamatan Rembang-Kota, Jawa Tengah, iuran membangun pendapa/gazebo mini guna melindungi "Jangkar Dampo Awang", yang ditemukan Risdiyanto dkk nelayan setempat, akhir April 2011.
Peletakan batu pertama pembangunan pendapa oleh Suwanto, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Rembang yang tinggal didesa itu. Ia mendukung warga, berupaya melindungi/melestarikan jangkar dipercaya bernilai sejarah, peninggalan armada kapal pimpinan "Dampo Awang" (Laksamana.Cheng-Ho, utusan Kaisar Cina yang singgah di bandar-bandar sepanjang pantai Laut Utara Jawa termasuk Rembang, enam abad silam).
Risdiyanto dkk, saat melaut tiga mil dari garis pantai, dini hari itu jaringnya tersangkut jangkar tersebut. Susah payah lalu diseret ramai-ramai dibantu nelayan lain, selamat sampai daratan. Setelah sebulan dilaporkan Pemkab Rembang, namun Pemkab tak melakukan tindakan apa-apa. Warga memutuskan membangun gazebo guna melindungi jangkar "Dampo Awang", yang kini jadi kebanggaan warga desa setempat.
Di pantai kota Rembang, dua kali ditemukan jangkar macam itu. Pertama, sekitar tahun 1950. Semula teronggok dipantai belakang gedung LP Rembang. Awalnya diduga bagian kapal Jepang sisa Perang Dunia II. Jangkar itu juga dinamai "Jangkar Dampo Awang", kini berada di "Taman Kartini" Rembang. Yang ke-dua, jangkar yang ditemukan nelayan Gegunung-Wetan tersebut.
Riwayat "Dampo Awang", bagian dari sejarah Rembang. Asal kata/nama Rembang dari legenda itu. Saat armada Cheng-Ho/Dampo Awang diperairan laut Rembang, ada yang celaka. Jangkarnya tenggelam (Jawa; ke-Rem=karam) dan atap kayunya terapung (Jawa; kemam-Bang). Rangkaian kata itu menjadi, Rembang. Di Klenteng "Sam Po Kong" Semarang, ada altar keramat "Mbah Kyai Jangkar Dampo Awang", juga dipercaya peninggalan armada Cheng-Ho. (Heru Chris).
0 komentar:
Posting Komentar