BINGKAI JAWA DI SURINAME

Arsip Blog

Kartini Pesona Kota Rembang



Kota Rembang di sinilah, pejuang perempuan Indonesia tersebut dimakamkan. Rembang sendiri terletak di pinggir pantai utara Jawa, masuk dalam wilayah Jawa Tengah. Pusat kota dilalui lalu lintas padat, terutama truk dan bis besar, baik siang dan malam hari. Tidaklah heran karena Rembang merupakan titik penting jalur pantura, singkatan dari pantai utara. 

Meski menjadi salah satu titik pantura, perkembangan Rembang tidaklah semaju dua kabupaten tetangganya, Kudus dan Pati. Dua kabupaten ini terkenal karena berbagai pabrik seperti rokok dan kacang, menjadikan perputaran ekonomi di 2 kota ini berjalan sangat baik. Berbeda dengan Rembang, memasuki kotanya sudah terasa suasana sepi.

Lantas, apa saja daya pikat Rembang yang begitu sepi ini? Jawaban pertama sudah barang tentu makam Kartini, salah satu pahlawan nasional wanita kebanggaan indonesia Kurang setengah jam perjalanan dari pusat kota Rembang, tempat peristirahatan pahlawan nasional ini sudah bisa ditemui. Makam perempuan kelahiran Jepara tersebut terletak di kompleks pemakaman keluarga besar Djojo Adiningrat. Djojo Adiningrat merupakan Bupati Rembang ke-6. Dialah yang menikah dengan Kartini dan menjadikannya sebagai istri kedua.

Kartini sendiri lahir pada 21 April 1879, saat sang ayah menjabat Wedono Mayong. Saat berusia dua tahun, RM Sosroningrat diangkat menjadi Bupati Jepara. Sedari kecil, Kartini sudah terlihat berkemauan keras dan cerdas. Karena kelincahan dan kegesitannya, sang ayah menggelarinya Trinil, sesuai dengan nama burung kecil yang terkenal lincah. Kartini mencurahkan pikiran-pikirannya yang tergolong maju pada zaman itu melalui surat-surat kepada dua sahabat Belanda-nya, Stella dan Ny. Abendanon. 


Kumpulan surat Kartini kemudian dibukukan oleh Mr J.H. Abendanon pada 1911, 7 tahun sesudah dia wafat, dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Perempuan tangguh ini mangkat 4 hari sesudah melahirkan anaknya, R.M. Soesalit. 
Statusnya sebagai istri dari Bupati Rembang, menjadikan kota ini dipilih sebagai tempat peristirahatan akhir Kartini.
Untuk menuju obyek wisata ziarah makam R.A. Kartini, perjalanan dapat dimulai dari Terminal Rembang. Dari terminal ini, pengunjung dapat naik bus jurusan Rembang—Blora dan turun di depan pintu masuk kompleks makam itu. Perjalanan dari Terminal Rembang sampai ke kompleks makam membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Makam ini dibuka setiap hari mulai jam 07.00—16.00 WIB.
Kompleks makam R.A. Kartini terdapat di atas perbukitan dan hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Untuk menuju makam itu pengunjung harus berjalan kaki sepanjang 200 m dari pintu pertama yang berada di dekat area parkir. Untuk dapat masuk ke kompleks makam, setiap pengunjung dibatasi sebanyak 15—20 orang, serta harus berpakaian adat Jawa.
Bangunan kompleks makam sepanjang 9,30 m, lebar 9,40 m, dan tinggi 5 m ini, menempati lahan seluas 10 hektar. Makam ini dibangun oleh Raden Mas Djojodiningrat (suami R.A. Kartini), dengan arsitektur bangunan berbentuk joglo (rumah khas di Jawa) dan beratapkan seng. Makam R.A. Kartini ini bernisan marmer Italia serta dikelilingi dengan pagar yang terbuat dari besi. 

Di komplek pemakaman keluarga besar Djojo Adiningrat juga ditemui makam sang Bupati, istri pertama dan para turunannya. Semua tertata rapi di suatu tempat berpagar dan beratap, mirip rumah megah dan besar. Di dekatnya, ada sebuah bangunan baru dalam tahap pembangunan. Menurut keterangan penjaga makam, jika bangunan utama sudah penuh, maka turunan lainnya yang meninggal, bisa dikebumikan di bangunan baru tersebut.
Di luar pagar bangunan, ditemui patung besar Kartini, menggunakan kebaya sambil memegang sebuah buku. Dari samping, patung ini menampakkan kecantikan perempuan Jawa.
Di sekitar area parkir terdapat berbagai macam fasilitas seperti penginapan, warung makan, mushala, warung telekomunikasi, dan lain-lain. Tak jauh dari kompleks makam R.A. Kartini juga terdapat bumi perkemahan yang luas. 
Banyak juga kios suvenir yang menjual berbagai macam dagangan seperti kerajinan anyaman, batu-batu akik, dan berbagai macam benda-benda seni yang terbuat dari tanah liat. Selain itu, juga terdapat kios-kios aksesoris seperti gelang, kalung, cincin, serta anting-anting yang terbuat dari monel dan perak.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mengakui dan mengenang para pahlawannya. Tentu dengan mengajak anak cucu atau keluarga ke pemakaman ini adalah salah satu bentuk manifestasinya.


SUMBER : http://kenthoes85-dampoawang.blogspot.com
  • Share
  • [i]

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...