BINGKAI JAWA DI SURINAME

Arsip Blog

Menikmati Kopenhagen Melalui Sepeda

Oleh Sigit Adinugroho

Udara malam yang dingin terasa menusuk ketika saya sampai di Kopenhagen dengan bis dari Gedser, sebuah kota di ujung selatan Denmark, seiring hujan yang mulai turun. Beberapa orang mungkin akan mengingat Little Mermaid ketika mendengar Kopenhagen. Tapi yang saya tahu malam itu, ibukota salah satu negara monarki tertua ini adalah kota yang tua, basah, dan dingin. 

Berbekal peta dari Internet, saya mencoba mencari jalan menuju sebuah hostel bernama Sleeping in Heaven. Mendengar namanya, saya berharap bisa benar-benar tidur nyenyak di situ. Tapi sebelumnya, saya harus berjibaku dengan rute bis yang tak pernah saya dengar.

"Ambil bis no. 250S mengarah ke Budinge St., turun di Åboulevard (perhentian ketiga). Setelah itu, jalan 200 m ke Struenseegade 7. Telusuri Kapelvej dan belok kiri di gang setelah gedung no. 44."

Wow. Ini semua harus dilakukan dalam hujan yang semakin deras. Beberapa koin krona Denmark yang beragam bentuk itu saya pilih-pilih untuk naik bis. Sedikit bingung membedakan satu sama lain karena bentuknya hampir sama dan tulisannya agak sulit dibaca.

Jalan-jalan di kota di Eropa cukup "eksotis" bagi saya, yang baru pertama kali menginjakkan kaki ke benua tersebut. Kopenhagen didominasi bangunan rendah dengan beragam gaya arsitektur, mulai dari gaya abad ke-16 sampai gaya kontemporer yang minimalistik dan industrialis. Yang jelas, saya tak merasa ada di ibukota atau distrik bisnis yang sibuk. 

undefined

Kota ini relatif tenang untuk saya orang Indonesia. Di sini, suara klakson dan kemacetan tidak menghiasi kehidupan setiap hari. Hal ini mungkin berkat penggunaan sepeda sebagai sarana utama transportasi warganya. Di mana-mana sepeda berlalu-lalang.

Malam pertama saya datang, saya hampir tertabrak karena tidak tahu jalan yang saya lintasi ternyata jalur khusus sepeda. Pengamatan awam saya, masyarakat di sini tidak sekadar keranjingan bergaya dengan sepeda ala pemuda Jakarta dengan fixie atau profesional muda dengan sepeda atletnya. 

Sepeda di Kopenhagen sangat kasual dan fungsional, murni untuk transportasi. Tiap sepeda dilengkapi rem (walau tidak selalu dengan pergantian gigi), lalu banyak yang berkeranjang dan hampir selalu memiliki tempat membonceng. Anak mudanya pun, walau lelaki, tak malu membawa sepeda dengan keranjang di depan.

Para ibu muda yang memiliki anak memodifikasi sepeda mereka jadi seperti becak kecil, dan menaruh anaknya di depan. Bahkan, ada yang keranjangnya bisa menampung dua anak sekaligus. Kompartemen kecil di depan atau belakang sepeda ini bisa juga dialihfungsikan untuk membawa belanjaan atau barang lain.

Pada musim semi sampai awal musim gugur, yakni April hingga September, tersedia fasilitas peminjaman sepeda gratis untuk siapa saja (dengan jaminan setoran 30 krona atau Rp 30 ribu). Fasilitas yang bernama "Bycyklen København" ini terbatas pada zona di pusat kota Kopenhagen yang terdiri dari Indre By (Copenhagen Center) dan Christianshavn, sebuah distrik tua eklektik dengan sejarah cukup panjang.



Kedua daerah itu memang sebaiknya dikunjungi. Di sana banyak hal menarik seperti museum (antara lain Statens Museums for Kunst, Danish Museum of Art & Design, National Museum, Thorvaldsen Museum), dan taman kota (antara lain Tivoli Garden, Orstedsparken, Botanisk Have, Kastellet).

Dengan sepeda, Anda bisa menelusuri kanal dan pesisir yang tenang dan menyejukkan. Sempatkanlah ke Kristiania di Christianshavn, "perkampungan" dalam kota yang eksentrik, milik kaum anti-kemapanan yang menolak kehadiran globalisasi dan kapitalisme. 

Jika Anda peminat sejarah, jangan lupa kunjungi beberapa istana/kastil seperti istana Amalienborg dan Christiansborg. Suka belanja? Maka cobalah pedestrian street terpanjang di dunia, Strøget, yang di kedua belah sisinya banyak terdapat pertokoan.

Kalau Anda sekadar menyukai sensasi "tersasar" di dalam kota — yang ternyata sangat menyenangkan — maka bersepeda bisa jadi salah satu cara memenuhi itu.

Jika sudah selesai bersepeda, Anda tidak perlu repot kembali ke tempat awal. Cukup taruh sepeda di salah satu titik pengumpulan — yang jumlahnya lebih dari 100 titik dalam lingkungan Bycyklen København.

Para pengguna sepeda di Kopenhagen harus mematuhi beberapa peraturan: Jangan pernah melintasi trotoar atau lalu lintas pejalan kaki, jangan pernah melintasi zebra cross, jangan pernah bersepeda di taman kota, jangan bersepeda saat larut malam dan selalu melintas di jalur kanan (Denmark mengemudi di sebelah kanan jalan).

Bersepeda di Kopenhagen sangat menyenangkan dan aman. Udaranya relatif bersih, infrastrukturnya nyaman dan kontur tanahnya datar. Anda dapat melihat lebih banyak, menyerap beragam hal dan menyelami kehidupan para warga selayaknya Copenhagenites sejati.

Ingin, kan? Jadi, lupakan bepergian dengan bis wisata atau menyewa mobil. Gunakan sepeda jika Anda sempat ke Kopenhagen.


Sigit Adinugroho bisa dikunjungi di blog perjalanannya, www.ranselkecil.com.


sumber: (YahooNews)
  • Share
  • [i]

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...