BINGKAI JAWA DI SURINAME

Arsip Blog

Penikmat Film Biru Tak Cuma Pria


BERADA di dalam sarang penyamun bersama sekumpulan pria saat itu, membuat saya dihadapkan pada kondisi tak nyaman. Saya harus berbagi ruangan dengan pria-pria haus gairah. Dan dahaga di tengah siang yang dingin di dalam ruangan bersuhu 16 derajat itu mereka dapatkan pada sebuah tayangan sepasang anak manusia tengah telanjang.
Erangan menuju nikmat orgasme menyesaki telinga. Terlihat meski sekelebat, pria-pria yang saya akrabi dalam keseharian di tim kerja tengah duduk tak nyaman. Geser sebentar ke kanan lalu ke kiri, mengangkat pantat, mencari posisi yang pas. Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal, yang tiba-tiba menyesak, melesak membuat sesak celananya.
Begitulah yang terjadi pada Vanya, lajang, seorang pekerja ditengah dominasi pria di kantornya. Vanya tentu saja merasa tidak nyaman dengan kondisi yang tengah dihadapinya tersebut.
Mata memang menatap monitor, tapi otak saya rupanya sedang tidak ingin sinkron dengan mata. Konsentrasi pun terpecah. Penasaran menggelitik hati, apa yang tengah mereka nikmati itu?, ingin mengintip, tapi rasa malu saya menahannya. Tampilan visual nan sensual sepasang manusia tengah intim rupanya berhasil memicu gairah mereka meledak-ledak.
Seorang perempuan dari kaum saya telanjang dalam film itu dan lantas menjadi objek pembangun hasrat. Gambar-gambar erotis nan dramatis sukses dihadirkan ke dalam otak mereka sebagai perangsang yang membangkitkan simpul syaraf hingga organ vital mereka mendadak sulit dikendalikan.
Vanya lantas merasa kawan-kawan prianya yang sedang asik berada di surga dunia dalam fantasi mereka itu tengah pula menghadirkan dirinya sebagai objek visualisasi seks. "Saya jadi resah, takut, jika dengan tanpa permisi mereka sempat menghadirkan saya tengah telanjang dalam imaji mereka."
Seksolog Dr Elna McIntosh menguatkan ketakutan Vanya tersebut dengan pendapatnya, "Pria tahu tidak bisa memiliki wanita idamannya, tapi mereka masih bisa melihat dan berfantasi tentangnya."
Tak hanya Vanya yang lajang, ketidaknyamanan serupa juga tak pelak menjangkiti kaum hawa yang telah memiliki pasangan. Tika, salah satunya. Ia pernah mendapati suaminya tengah asyik menikmati panasnya film "biru".
"Awalnya saya shock berat karena dia menyembunyikan file-file film itu. Namun, setelah agak lama, saya sadar, itu hal normal. Teman saya yang alim saja juga hobi nonton film begituan (blue film, red)."
Lalu, benarkah kebanyakan pria seperti itu? Terlempar komentar dari Toga menanggapi kaumnya yang menyukai film-film 'panas'. "Ini sih kata orang, penglihatan kan memang unsur sangat penting dalam seksualitas pria ya. Sementara bagi perempuan, sensualitas adalah perkara memejamkan mata. Hahaha."
Wanita juga suka
Ya, gairah pria memang mudah terstimulasi lewat rangsangan visual, sedang wanita butuh rangsangan emosional atau mental. Sementara, dari sebuah hasil penelitian yang dilakukan oleh BBC Radio 1 Newsbeat disebutkan, dari 1.000 responden usia 18-24 tahun, setengah dari mereka justru merasa takut jika terlalu banyak mengonsumsi video porno.
Rupanya tak hanya wanita yang jengah dan merasa malu menonton film biru, para pria juga dihinggapi perasaan yang sama. Lantas, menonton film porno secara sembunyi-sembunyi pun dipilih mereka sebagai kenikmatan tersendiri. Sensasinya lebih terasa karena berhasil memancing adrenalin terpacu deras mengalir kedalam tubuh mereka.
Ketakutan para pria-pria itu bukan tanpa bukti. Vanya mengungkapkan, agar tidak tertangkap suka menonton film biru, kawan-kawan prianya aman menyimpan koleksi file-file film ber-genre seks itu di folder berlapis pada memori komputer mereka. Bahkan, ada juga yang berani menyisipkannya pada file-file penting perusahaan.
Sementara, sebagian pria lain lebih suka menikmati film biru dengan cara memperkecil jendela tampilan video. Agar suara erangan dan desahan di film panas tersebut tak terdengar ke seluruh penjuru ruangan, para pria pun lebih memilih mengenakan headphone. "Ini lebih aman, disamping menjauhkan rekan-rekan kerja dari polusi suara ah uh ah uh," ungkap Mahendra, IT specialist di sebuah perusahaan swasta.
Fakta lain yang tak kalah mengejutkan dari penelitian oleh BBC Radio 1 Newsbeat tersebut terungkap, seorang remaja pria bisa menghabiskan dua jam setiap pekannya untuk menonton video porno. Sementara, wanita cukup menghabiskan waktu 15 menit setiap pekan untuk menonton video porno.
Meski tidak terlalu menikmati menonton video porno, wanita ternyata lebih menyukai film 'panas' yang memiliki alur cerita. "Perempuan banyak juga yang cukup suka dan menikmati film dengan adults content. Tergantung kemasan sih menurut saya. Kalau dikemas apik sih memang bisa jadi menarik. Tapi kalau cuma repetisi visual keluar-masuk-keluar gitu doang ya boseeeeeen!!!," ungkap Sabai blak-blakan.
Pendapat lain diungkap Candrakirana, "Gue terus terang nggak suka yang pure blue film, kayak eksploitasi tanpapurpose gitu. Beda seperti film 9 songs atau lie with me, masih ada ceritanya tuh."

Tumbuh dari masa kanak-kanak
Sementara, diungkap oleh Health24, aspek lain dari ketertarikan sebagian pria terhadap pornografi itu tumbuh dari masa kanak-kanaknya. Pada masa itu, anak laki-laki biasanya dilarang melihat majalah dewasa oleh orangtua, guru, dan masyarakat di lingkungannya.
"Anak laki-laki yang tengah mencari jati diri biasanya senang menantang dirinya. Bahkan, mereka melihat gambar porno sebelum mereka tahu bahwa mereka punya Mr.P (senjata mereka dalam bercinta, red). Tapi, mereka cukup tahu bahwa mereka tidak seharusnya melihat-lihat gambar porno itu," ungkap McIntosh. Karena itu, di masa pencarian jati diri inilah kebanyakan anak laki-laki rentan mengonsumsi pornografi.
Sementara, pendapat Heather Wood dari Portman Clinic mengatakan jika orang-orang yang menghabiskan waktu menonton video porno sebenarnya tidak punya banyak waktu untuk bersenang-senang. Oleh karena itu, untuk membunuh sepi dan menuntaskan gairah yang tidak sempat dilampiaskan, mereka pun lantas mencari surga dunia pada sebuah film biru.(SUARAMERDEKA.COM)
  • Share
  • [i]

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...